KISAH MENGHARUKAN !!
COMENT dulu sbelum MEMBACA agar sesat smpe ahir cerita ^_^
Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.
Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi segalanya
sudah terlambat. Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa
tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar cinta yg telah kami
buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan suami setuju
menjemputnenek di kampung utk tinggal bersama .
Sejak kecil
suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya harapan
nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat
kuliah. Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan
sebuah kamar yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur,
menanam bunga dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya
dgn sinar matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia
mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India
dan berkata :"Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami
berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya
yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku seperti sebuah
boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan kedalam
kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka
tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar
sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati
saat-saat seperti itu.
Kebiasaan nenek di kampung tidak
berubah. Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar, sampai
akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:"Istri kamu
hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga tidak bisa dimakan?" Aku
menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan bunga segar membuat
rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira."Nenek berlalu
sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa: "Ibu, ini kebiasaan
orang kota, lambat laun ibu akan terbiasa juga."
Nenek tidak
protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil membawa
bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga bunga itu,
setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gele
ngka n kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia selalu tanya
itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia selalu berdecak
dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil berkata:"Putrik u,
kan kamu bisa berbohong.Janga n katakan harga yang sebenarnya." Lambat
laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.
Nenek
sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan
sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenekseorang anak laki-laki
masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek
selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes.
Aku adalah instrukstur tari,
seharian terus menari membuat badanku sangat letih, aku tidak ingin
membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi apalagi disaat musim
dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di
dapur, tetapi
makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia suka menyimpan
semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa untuk dijual
katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong plastik,
dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulan kantong
plastik.
Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak
menggunakan cairan pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku
selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari,
nenek mendapati aku sedang mencuci piring malam harinya, dia segera
masukke kamar sambil membanting pintu dan menangis.Suamik u jadi serba
salah, malam itu kami tidur seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja
dengan dia, tetapi dia tidak perduli. Aku menjadi kecewadan marah."Apa
salahku?" Dia melotot sambil berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja?
Apakah memakan dengan pring itu bisa membuatmu mati?"
Aku dan
nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama,suasana mejadi kaku.
Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahuharus berpihak pada siapa?
Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap
pagi
dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan
lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku,
seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri? Demi
menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli makanan
diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur,suami berkata:"Lu di,
apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu
tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata tanpa
menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia akhirnya
berkata:"Anggap lah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama kami
setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba
canggung itu.
Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan
dan tiba-tiba ada suatu perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan
isi perut mau keluar semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi,
sampai disana aku segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak
reda, aku melihat suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan
memandangku dengan sinar mata yg tajam, diluar sana terdengar suara
tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan
terbengong tanpa bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat
demikian!. Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan
suamiku, nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan
menjauh……su amiku segera mengejarnya keluar rumah.
Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.Selama 3 hari
suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku. Aku sangat
kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah
banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual
dan kehilangan nafsu makan ditambah lagidengan keadaan rumahku yang
kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu
Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku
sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah
berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek
sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?
Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu
dia berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu
tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke
arahku tetapi seakan akan tidakmengenaliku lagi, pandangan matanya penuh
dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku sendiri,
jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku ingin
memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan
berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku
minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahamanini berakibat sangat buruk?
Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,
memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan
sedihnya. Tengah malam,akumendengar suara orang membuka laci, aku
menyalakan lampudan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang
mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa
berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.
Sepertinya dia sudah memutuskan utkmeninggalkan aku. Sungguh lelaki yg
sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta
dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.
Aku tidak
masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan masalah
ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya di
kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatku
dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan
lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka lebar.Aku
segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal.
Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang
jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?" Sampai selesai upacara
pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku, jika memandangku
selalu dengan pandangan penuhdengan kebencian.
Peristiwa
kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek berjalan ke
arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku mengejar
sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak
melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku
tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar, jika........
....dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.
Suamiku pindah
ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan penuh dengan bau
asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga merasa harga
diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan
salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak.
Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah menjelaskan masalah ini.
Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya walaupun ini bukan salahku.
Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami hidup serumah tetapi seperti
tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang makin larut malam. Suasana
tegang didalam rumah.
Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah
café, melalui keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat
suamiku dengan seorang wanita didalam. Dia sedang menyibak rambutsang
gadis dengan mesra. Aku tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku
masuk kedalam dan berdiri di depan mereka sambil menatap tajam
kearahnya. Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga
tidak tahu harus berkataapa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku
dan segera hendak berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap
kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara
detak jangtungku terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara
menuju kematian.
Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan
mereka, jika tidak.. mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan
mereka. Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku
apa yang telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang
sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Akutidak
ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk
menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi..... ...., semua berlalu
begitu saja.
Aku mulai hidup seorang diri, pergi check
kandungan seorang diri. Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang
check kandungan bersama, hati ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan
agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku seperti orang yg sedang
histeris mempertahankan miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian
kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.
"Suatu hari pulang
kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. Ruangan penuh dengan
asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja, tidak perlu tanya aku
juga tahu surat apa itu. 2 bulan hidup sendiri, aku sudah bisa
mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata
kepadanya:"" Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya""
.Diamelihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku
berkata pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini
terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak
keluar.
Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan
ternyata dia memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di
kursi, aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya."" Lu Di,
kamu
hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali
dia berbicara kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg
menglir keluar dengan derasnya. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak
apa-apa. Kamu sudah boleh pergi" ".Dia tidak pergi, dalam keremangan
ruangan kami saling berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan
badannya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi
di lubuk hatiku, semua sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan
tidak bisa diambil kembali. "Entah sudah berapa kali aku mendengar dia
mengucapkan kata:"Maafkan aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk
memaafkannya tetapi tidak bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan
pernah aku lupakan.Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg
menganga. Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya.
Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalutidak
akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan
untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah
menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah
pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani
surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap
tidak berbekas.
Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur
bersamaku, aku segera berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke
kamar nenek. Malam hari, terdengar suara orang mengerang dari kamar
nenek tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia dari
dulu. Jika aku tidak perduli padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai
aku menghampirinya dan bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku
sambil tertawa terbahak-bahak. Dia lupa........ , itu adalah dulu, saat
cintaku masih membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?
Begitu
seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai
anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang
perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk
anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan
barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak
bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari
kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia
lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku
itu bukan lagi suatu masalah.
Suatu malam di musim semi,
perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yg
keras. Dia segera berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah
tidur. Saatinilah yg ditunggu-tunggu
olehnya. Aku digendongnya
dan berlari mencari taksi ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia
mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat dingin yg mengalir
di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya
menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kuruskering, aku terbaring
dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi yg
mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?
Sampai dipintu
ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat
aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat
tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan
anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia. Aku
memegang tangannya, dia membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum
dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku berteriak histeris
memanggil namanya.
Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak
bisa membuka matanya……†¦aku pernah berpikir tidak akan lagi
meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi kenyataannya tidak
demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit saat ini. Kata dokter,
kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan, bisa bertahan sampai
hari ini sudah merupakan sebuah mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu
terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata
dokter, bersiap-siaplah
menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi perduli dengan nasehat
perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan
komputer.
Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah
benar apa adanya, aku masih berpikir dia sedang bersandiwara…
………Sebuah surat yg sangat panjang ada di dalam komputer yg
ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimuaku terus bertahan,
sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku tahu dalam hidup
ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan,
sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak
mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah
mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangka n saran ayah." "Anakku,
selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup selama
bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh
menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang yg
paling ayah cintai"".
Mulai dari kejadian yg mungkin akan
terjadi sejak TK, SD, SMP, SMA sampai kuliah, semua tertulis dengan
lengkap didalamnya.Dia juga menulis sebuah surat untukku.""Kasih ku,
dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia aku rasakan dalam hidup
ini. Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang
penyakitku. Aku tidak mau kesehatanbayi kita terganggu oleh karenanya.
Kasihku, jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau
telah memaafkan aku. Terima kasih atas cintamu padaku selama
ini.Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannya
pada anak kita. Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian
padanya"."
Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring
lemah. Aku menggendong anak kami dan membaringkannya diatas dadanya
sambil berkata: "Sayang, bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak
kita. Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan
ayahnya".Dengan susah payah dia membuka matanya, tersenyum... .........
..anak itu tetap dalam dekapannya, dengan tangannya yg mungil memegangi
tangan ayahnya yg kurus dan lemah. Tidak tahu aku sudah menjepret berapa
kali momen itu dengan kamera di
tangan sambil berurai air mata........ ......... ...
------------
ingatlah pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati
diantara kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan
simpan didalam hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok?
Memb,
Ada sebuah pertanyaan: Jika kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah
kita akan menyesali semua hal yg telah kita perbuat? atau apa yg telah
kita ucapkan? Sebelum segalanya menjadi terlambat, pikirlah matang2
semua yg akankita lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup....
#budayaKomentBerlaku...!!! Ga Komen? Ndesooo..!!!
0 komentar:
Jangan Lupa Ya Gan Tinggalkan Komentar Disini jangan lupa Dengan kata kata yang sopan bukan berarti harus mencela celakan... Kita sesama Blogger, kita sesama manusia dan kita juga harus menghargai... Jangan Berkomentar yang memasukan Berbau Porno Grafi